BAIT.ID – Perekonomian Kaltim mulai merasakan dampak dari berkurangnya permintaan ekspor batu bara, terutama ke pasar utama seperti Tiongkok yang kian agresif beralih ke energi terbarukan. Kondisi ini menyeret laju pertumbuhan ekonomi provinsi berbasis sumber daya alam ini ke level yang lebih rendah.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim, Budi Widihartanto, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan I 2025 tercatat sebesar 4,08 persen (yoy). Angka ini menurun signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,26 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan triwulan IV 2024, kinerjanya juga melemah dari sebelumnya 6,12 persen. “Selain penurunan permintaan ekspor, kondisi geopolitik global yang masih bergejolak turut menekan kinerja ekonomi,” kata Budi.
Berdasarkan catatan BI, nilai ekspor batu bara Kaltim pada tiga bulan pertama tahun ini terkoreksi hingga 27,55 persen (yoy). Penurunan paling tajam terjadi pada permintaan dari Tiongkok. Negara tersebut yang sebelumnya mencatat pertumbuhan permintaan 42,35 persen, kini justru terkontraksi 4,16 persen (yoy). “Produksi batu bara Kaltim juga tertekan. Pada triwulan I 2025, output produksi turun hingga 18,99 persen secara tahunan. Faktor cuaca, seperti curah hujan tinggi, cukup memengaruhi aktivitas penambangan,” jelasnya.
Di sisi lain, Tiongkok saat ini memiliki pasokan batu bara domestik yang melimpah, ditambah penguatan bauran energi ke arah pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Kondisi ini membuat ketergantungan terhadap batu bara impor, termasuk dari Kaltim, kian berkurang.
Sektor pertambangan dan konstruksi pun mengalami kontraksi, yang pada akhirnya menahan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Situasi global yang kurang kondusif juga memicu ketidakpastian. Negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan sejumlah mitra dagang utama belum menemukan titik terang, sementara eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah terus membayangi prospek perekonomian dunia.
“Ke depan, kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan. Koordinasi kebijakan harus diperkuat agar ketahanan eksternal tetap terjaga, stabilitas dapat dipertahankan, dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri maupun di daerah seperti Kaltim bisa terus didorong,” tegas Budi. (csv)