BAIT.ID – Isu calon tunggal dalam Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Kaltim kian santer. Nama Rudy Mas’ud, yang kembali maju sebagai petahana, hampir pasti melenggang tanpa penantang setelah mengantongi dukungan mayoritas DPD kabupaten/kota. Fenomena ini justru dianggap sinyal suram bagi demokrasi di tubuh partai berlambang pohon beringin.
Pengamat politik Saipul Bahtiar menilai situasi tersebut memperlihatkan kemunduran semangat demokrasi yang selama ini menjadi kebanggaan Golkar. Padahal, partai ini dikenal sebagai lumbung kader dengan banyak tokoh potensial baik di level nasional maupun daerah. “Golkar itu sering disebut partai kader, harusnya tidak kekurangan figur untuk bertarung secara sehat. Ketika hanya muncul satu nama, justru seolah ada upaya membungkam ruang kontestasi,” kritik Saipul.
Ia menyoroti kuatnya dugaan ada skenario yang sengaja disusun untuk memuluskan langkah Rudy Mas’ud memimpin Golkar Kaltim kembali, apalagi posisinya yang kini menjabat Gubernur terpilih. Menurutnya, bila Musda hanya dijadikan formalitas aklamasi, maka roh evaluasi dan regenerasi kader nyaris hilang.
“Kalau hanya aklamasi tanpa adu gagasan, tanpa evaluasi program, itu sama saja mematikan semangat kaderisasi. Golkar tak boleh hanya bangga sukses di Pileg atau Pilkada, tapi lupa membuka peluang munculnya kader baru,” lanjut Dosen FISIP Universitas Mulawarman itu.
Saipul juga mengingatkan, DPD di tingkat kabupaten/kota punya peran besar yang tidak boleh diabaikan. Kemenangan partai di pemilu sebelumnya tidak lepas dari kerja kolektif, sehingga seharusnya setiap pimpinan mempertanggungjawabkan capaian mereka secara terbuka di forum Musda.
“Ini kesempatan menilai ulang, bukan malah menutup pintu bagi kader lain. Kalau yang muncul cuma satu nama, di mana demokrasi internalnya?” tegasnya.
Lebih jauh, Saipul berharap momentum Musda seharusnya menjadi panggung adu visi dan kepemimpinan. Tradisi kompetisi sehat itulah yang menurutnya akan menjaga identitas Golkar sebagai partai kader sejati.
“Golkar harusnya jadi contoh partai dengan proses internal yang terbuka. Kalau kondisi ini dibiarkan, orang bisa menilai partai ini kehabisan stok kader atau demokrasi di dalamnya sengaja dipangkas demi kepentingan segelintir orang,” tandasnya.
Ia pun mengimbau pengurus Golkar Kaltim untuk membuka ruang kontestasi seluas-luasnya. “Berikan kesempatan bagi siapa pun yang punya kapasitas. Jangan terkesan didesain untuk satu orang saja. Kalau dibiarkan, ini kemunduran serius,” pungkas Saipul. (csv)