BMKG Peringatkan Kaltim Waspada Kekeringan Hingga Awal Oktober

Jumat, 1 Agustus 2025
Kaltim diminta waspada karena masuk musim kemarau. Potensi kekeringan dan Karhutla tidak boleh dipandang sebelah mata

BAIT.ID – Kaltim diminta siaga menghadapi potensi kekeringan yang diperkirakan berlangsung hingga September bahkan awal Oktober. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan mengingatkan bahwa sejumlah wilayah di Kaltim sudah mulai merasakan dampak musim kemarau.

Kepala BMKG SAMS Sepinggan, Kukuh Ribudiyanto, mengungkapkan bahwa analisis per 20 Juli 2025 menunjukkan sejumlah daerah seperti Paser, Kutai Kartanegara, dan sebagian Kutai Timur telah memasuki musim kemarau. “Minimnya curah hujan dalam 7 hingga 10 hari terakhir menyebabkan banyak titik panas bermunculan,” ujar Kukuh dalam forum Kaltim Siaga Karhutla, Jumat (1/8/2025).

Baca juga  Bertemu Menteri PU, Gubernur Kaltim Minta Dukungan Perbaikan Jalan dan Bangun Irigasi

BMKG mencatat, pada 29 Juli lalu, terdeteksi delapan titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi, mayoritas berada di wilayah Kutai Timur dan Berau. Selain itu, terdapat lebih dari 100 titik panas dengan tingkat kepercayaan sedang dan rendah yang juga patut diwaspadai.

“Dalam sepekan terakhir, hampir seluruh wilayah Kaltim tidak mengalami hujan sama sekali,” tambahnya.

Baca juga  Mahakam Ulu Masih Tertinggal, Kaltim Belum Lengkap Sebagai Provinsi Layak Anak

Meski begitu, Kukuh menjelaskan bahwa musim kemarau di Kaltim tidak sepenuhnya kering. Masih terdapat peluang hujan lokal, walaupun dengan intensitas dan sebaran yang tidak merata. “Curah hujan tidak akan sampai nol milimeter, sebab masih ada potensi hujan di Agustus dan September. Tapi risiko defisit air tetap tinggi hingga awal Oktober,” jelasnya.

Baca juga  Unmul Desak Pengungkapan Aktor Tambang Ilegal di Kawasan Hutan Pendidikan

Ia pun mengimbau masyarakat untuk aktif memantau informasi cuaca terkini dari BMKG, termasuk potensi hujan dan peringatan dini. Kewaspadaan ini penting untuk mencegah dampak serius seperti krisis air bersih dan kebakaran hutan dan lahan. (csv)

Bagikan