BAIT.ID – Kota Tarakan di Kalimantan Utara tak hanya dikenal sebagai kota minyak, tetapi juga rumah bagi bekantan, primata berhidung panjang yang menjadi ikon daerah ini. Populasinya makin langka akibat perburuan dan menyusutnya habitat alami membuat Pemerintah Kota Tarakan menetapkan kawasan seluas 22 hektare ini sebagai Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan.
Terletak di pusat kota, kawasan konservasi ini sangat mudah diakses oleh wisatawan. Di sinilah para pengunjung dapat melihat langsung puluhan bekantan yang dilepasliarkan di habitat aslinya. Meski bekantan terkenal pemalu, Anda tetap punya peluang untuk mengamati tingkah lucu mereka — terutama jika datang di waktu yang tepat, yaitu pagi atau sore hari ketika mereka sedang aktif mencari makan.
Tak hanya bekantan, kawasan konservasi ini juga menjadi rumah bagi aneka satwa lain seperti burung laut, biawak, tupai, salamander, ular laut, hingga ikan gelodok yang khas dengan bunyi “klok-klok-klok”.
Kawasan ini juga terkenal sebagai paru-paru kota Tarakan. Berbagai jenis mangrove seperti api-api (Avicennia spp), pidada (Sonneratia spp), hingga kendeka (Bruguiera spp) tumbuh subur di sini, melindungi pesisir kota dari abrasi sekaligus menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi. Tak heran, kawasan ini juga sering dimanfaatkan sebagai laboratorium hidup bagi para peneliti dan mahasiswa.
Sebagai destinasi wisata, Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan sudah dilengkapi fasilitas penunjang seperti jalur jembatan kayu sepanjang area hutan, gazebo untuk beristirahat, toilet, hingga mushola. Wisatawan bisa berjalan santai sambil menikmati udara segar khas pesisir, mendengar kicau burung, atau sekadar berfoto dengan latar pepohonan mangrove yang asri.
Bagi Anda yang berencana liburan ke Tarakan, sempatkan mampir ke kawasan konservasi ini. Selain berwisata alam, Anda juga turut berkontribusi mendukung upaya pelestarian bekantan — primata endemik Kalimantan yang semakin terancam punah. (red)