Ekowisata, Peluang Alternatif Transisi Energi di Kaltim

Kamis, 17 Juli 2025
Yayasan Mitra Hijau mendorong ekowisata sebagai alternatif transisi energi lewat fokus grup diskusi.

BAIT.ID – Ekowisata dinilai sebagai salah satu jalan keluar untuk mendorong transformasi ekonomi di Kaltim, terutama dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Seiring meningkatnya komitmen global terhadap transisi energi, sektor pariwisata berbasis alam ini mulai dilirik sebagai solusi yang ramah lingkungan sekaligus berkelanjutan.

Yayasan Mitra Hijau (YMH) menggelar diskusi terpumpun pada Kamis 17 Juli 2025 guna mendorong percepatan transformasi ekonomi di Kaltim. Diskusi ini juga menyoroti potensi ekowisata sebagai instrumen penting dalam mewujudkan transisi energi yang adil. “Wilayah yang kaya akan sumber daya alam kerap kali luput melakukan diversifikasi ekonomi. Akibatnya, sumber daya itu cepat habis tanpa menciptakan keberlanjutan,” ujar Ketua Dewan Pembina YMH, Dicky Edwin Hiendarto.

Baca juga  Pendidikan Gratis Bukan Solusi Jika Kesenjangan Tidak Hilang

Namun, kontribusi sektor pariwisata terhadap ekonomi Kaltim masih tergolong kecil. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kaltim, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor ini hanya menyumbang 1,74 persen pada 2023. Angka ini naik tipis dari tahun sebelumnya yang berada di angka 1,61 persen.

Sebaliknya, sektor pertambangan dan penggalian masih mendominasi struktur ekonomi daerah. Pada 2024, kontribusinya tercatat sebesar 38,38 persen, meski menurun dari tahun 2023 yang mencapai 43,19 persen. Ketimpangan ini menunjukkan perlunya dorongan yang lebih serius untuk mengembangkan sektor alternatif seperti ekowisata.

Baca juga  Ketegangan Eksekutif dan Legisltif di Kaltim Dinilai Ancam Transparansi Urusan Publik

Pegiat wisata Kaltim, Syafruddin Pernyata, tetap optimistis. Ia menilai ekowisata dapat berkembang melalui pendekatan berkelanjutan yang sesuai dengan karakteristik lokal. “Misalnya, penggunaan panel surya untuk listrik di destinasi wisata yang jauh dari jangkauan PLN. Selain itu, manajemen sampah juga penting, tidak ada lagi bakar-bakar sampah,” ungkap Syafruddin.

Menurutnya, ekowisata tak hanya menawarkan pengalaman alam yang otentik, tetapi juga bisa menarik wisatawan dengan kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Konsep ini sejalan dengan tren wisata global yang semakin mengedepankan keberlanjutan.

Senada, akademisi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Fajar Alam, mengkritisi pola ekonomi Kaltim yang masih bergantung pada praktik food gathering atau mengambil langsung dari alam tanpa proses lanjutan. “Model ini menghasilkan jejak emisi yang besar dan tak berkelanjutan. Sudah saatnya ekonomi kita mengarah ke pengolahan dan pengelolaan berkelanjutan,” ujarnya.

Baca juga  Pemprov Kaltim Berpacu dengan Waktu Siapkan Sekolah Rakyat

Fajar menambahkan, pengembangan ekowisata bisa menjadi jawaban tidak hanya untuk diversifikasi ekonomi, tetapi juga untuk edukasi publik dan pelestarian lingkungan.“Ekowisata bisa menjadi jembatan antara ekonomi, edukasi, dan konservasi alam,” tegasnya.

Dengan potensi alam yang melimpah, Kaltim memiliki semua modal dasar untuk menjadikan ekowisata sebagai motor transisi ekonomi hijau asal ada komitmen dan dukungan kebijakan yang kuat. (csv)

Bagikan